Translate

Sabtu, 05 Januari 2013

Mengapa Patung Buddha Mahayana Terdapat Tiga Arca


MENGAPA PATUNG BUDDHA MAHAYANA TERDAPAT TIGA ARCA


Secara filosofi telah dijelaskan bahwa Dharma yang disampaikan oleh Hyang Buddha merupakan kebenaran abolut. Karena begitu sukar untuk dimengerti oleh umat awam tentang Buddha Dharma, maka diterapkan juga upaya kausalya. Yang dimaksud dengan upaya kausalya adalah bahwa dengan cara yang mudah, diantaranya dengan bhakti puja, beranjali, namaskara maka seeorang akan dapat memahami ajaran Hyang Buddha dan menguatkan keyakinanya.
Jalan yang paling mudah ditempuh dan mudah dipahami oleh umat awam adalah melakukan bhakti puja dalam upacara. Bhakti puja di dalam Mahayana bertujuan untuk membimbing umat menuju pengertian Dharma  juga menguatkan iman umat awam dan secara metode psikologis  berfungsi sebagai sarana untuk mengurangi penderitaan dan keulitan mereka. Bhakti puja umumnya ditujukan kepada Buddha, Bhoddhisatva dan para Dewa. Obyek pemujaan terpenting Mahayana adalah obyek yang berada di Serambi Agung (altar) ada tiga arca Buddha dengan wajah yang sama dengan mudra yang berlainan dan makna yang berbeda yaitu: di sebelah kiri adalah Amitabha Buddha atau jelmaan dari Sambhogakaya (tubuh berkah, tubuh sinar yang memberikan bimbingan), di tengah Sakyamuni Buddha (Gautama Buddha) jelmaan dari Dharmakaya (tubuh halus, tubuh absolut dari para Buddha sebagai suatu yang absolut), di sebelah kanan adalah Bhaisajya Guru Buddha jelmaan dari Nirmanakaya (tubuh yang dimiliki oleh Sakyamuni pada waktu membabarkan Dharma di dunia.
Buddha bukanya tiga tetapi satu. Trikaya tidak lain merupakan aspek dari satu Buddha. Jika dipandang dari aspek yang absolut dan universal, beliau adalah Dharmakaya yang transeden; jika ditinjau dari aspek idealitas, beliau sebagai manusia dijadjikan ilahi, sebagaimana apa adanya, beliau adalah Sambhogakaya, memberi khotbah kepada para Bodhisatva untuk menolong mereka bekerja menyelamatkan makhluk-makhluk hidup; jika ditinjau dari aspek manusiawi, beliau adalah Nirmanakaya, Sakyamuni yang menyejarah, lahir di Kapilavastu, mencapai pencerahan di bawah pohon bodhi, dan merealiasi Parinirvana setelah menyelesaikan misi-Nya dalam kehidupan.
Harus diingat bahwa Sakyamuni Buddha bukanlah satu-atunya manifestasi Dharmakaya dalam wujud Buddha Nirmanakaya, karena ada banyak manifestasi Nirmanakaya, seperti halnya ada banyak sosok ideal dari Sambhogakaya, tetapi ada satu Dharmakaya Buddha yang absolut, sedangkan yang lain-lain merupakan aspek refleksi belaka.
Dalam Kayatraya,  Ananda menggunakan ceramah Buddha mengenai Trikaya “Apakah yang penuh rahmat memiliki sebuah tubuh?” Buddha menjawab “Tathagata memiliki tiga tubuh”. Jadi kita dapat melihat bahwa tiga tubuh adalah tiga aspek dari ssatu Buddha atau Tathagata. Merek itu atu dalam esensi tetapi berbeda dalam sifat dan aktivitasnya.

Nirmanakaya
Nirmanakaya adalah Buddha universal yang bermanifestasi di dunia makhluk-makhluk hidup, yang mengadaptasi dirinya dengan kondisi-kondisi duniawi, memiliki tubuh duniawi tetapi memelihara kesucian. Dia adalah representasi yang absolut di alam manusia, yang mengajar makhluk-makhluk hidup dalam rangka membebaskan mereka dari penderitaan, dan melalui pencerahan membimbing mereka menuju keselamatan. Dengan cara ini Buddha mengajar dan menghantar semua makhluk hidup melalui ajaran religius-Nya, yang jumlahnya tak terhitung seperti atom-atom. Segala dayya kasih sayang, inteligensi, dan kehendak-Nya tidak berkesudahan sampai semua makhluk dengan cara yang tepat dalam perlindunga-Nya mencapai keselamatan. Apapun sasaranya untuk penyelamatan dan apapun lingkunganya, dia akan menyesuaikan diri dengan semua kondisi secara tepat dan sukses berjuang mencapai pencerahan serta penyelamatan.
Nirmanakaya secara umum diartikan sebagai tubuh transforasi (perubahan), karena tubuh ini digunakan oleh Sakyamuni dan manusia-manusia Buddha yang lain untuk bermanifestai sebagai sosok yang memiliki karakteristik dan sifat moralitas, juga menjadi sasaran dari penyakit, penuaan, dan kematia. Manuia Buddha mengekspresikan manusia yang sempurna, suci, bujaksana, dan memiliki kekuatan. Dia memiliki semua tanda kesempurnaan secara fisik, memiliki kekuatan yang menyatau dengan keelokan, dan pikiranya adalah keutuhan dari intelegensi dan belas kasih.
Di dalam agama Buddha Hinayana, Buddha historis dihormati sebagai seorang manusia diiantara para manusia, tetapi kita melihat kecenderungan untuk mengidealisasikan beliau. Dalam Mahayana secara terbuka ada preferensi untuk Buddha yang ideal, Sambhogakaya yang berkhotbah untuk para Bodhisatva, dan Nirmanakaya yang berkhotbah untuk umat manusia yang diliputi ketidaktahuan. Tetapi meskipun Buddha Nirmanakaya mengambul bentuk sosok tubuh manusia, beliau hakikatnya sama dengan Dharmakaya, beliau sesungguhnya merupakan sebuah manifetasi dari Dharmakaya, dan keilahian ini diakui atau, sebagaimana yang lebih suka dikatakan oleh umat Buddha, beliau adalah manifestasi dari hakikat Buddha yang sejati. Tubuh Nirmnakaya yang nyata ini adalah Dharmakaya dan semua Nirmanakaya menyatu di dalam Dharmakaya.

Sambhogakaya
Nirmanakaya merupakan manfestasi yang ditujukan untuk kepentingan makhluk-makhluk yang sedikit atau banyak diliputi ketidakrahuan seperti para Srawaka, Pratyeka Buddha, dan Bodhisattva tingkat yang lebih rendah, tetapi Sambhogakaya dimanifestasikan untuk kepentingan untuk semua Bodhisattva. Sambhogakayalah yang mengkhotbahkan kebanyakan Sutra Mahayana. Hanya singon yang mengklaim bahwa ajaranya diberikan secara langsung oelh Buddha Dharmakaya.
Sambhogakaya kadangkala disebut tubuh Pahala karena ia menikmati buah dari pekerjaan spiritualnya, tetapi belakangan ia disebut tubuh kebahagiaan karena ia dinikmati oleh semua Bodhisattva. Sambhogakaya dapat dilihat leh Bodhisattva. Ia merupakan simbol kesempurnaan dan perssonifikasi kebijaksanaan transendental. Ia merupakan Buddha ynag ideal.
Tubuh Buddha ini merupakan tubuh yang bercahaya cemerlang, yang memancarkan sinar terang. Ia memiliki dua bentuk, yang pertama menyangkut kebahagiaan diri sendiri, dan yang kedua menyangkut pengajaran Bodhisattva. “tubuh menajubkan, menampakan roda Dharma, melenyapkan semua keraguan religius yang ada pada para Bodhisattva dan menyebakan mereka menikmati kebahagiaan dalam Dharma Mahayana”.
Sambhogakaya adalah ekspresi dari Dharmakaya dan berada diantara Dharmakaya dan Nirmanakaya. Bagi kebanyakan orang, Dharmakaya tidak dapat dipikirkan tetapi Sambhogakaya dapat dipikirkan. Bagi beberapa orang, Sambhogakaya mengambil bentuk Amida (Amitabha) di Tanah Sucinya, bagi orang lain, ia adalah Tuhan dalam agama Kristen, bagi yang lain lagi, ia adalah Iswara. Disatu pihak ia adalah Buddha yang diidealisasikan, dipihak lain, ia adalah Dharmakaya yang dipersonifikasikan. Ada sebagian orang yang membandingkan Sambhogakaya dengan Kristus yang dipermuliakan, tetapi agaknya ia seperti Tuhan dalam agama Kristen, dipuja karena Ketuhanan yang absolut. Amida di Tanah Sucinya dan Tuhan di Surga keduanya adalah Sambhogakaya.
Sambhogakaya adalah Buddha yang Abadi, dan banyak penganut Mahayana berpaling kepada-Nya. Mereka dihujat karena hal ini, tetapi mereka menjawab bahwa mereka leih menyukai substansi dari pada bayangan, relitas dari pada bayangan. Mereka menyatakan bahwa Sambhogakaya telah berinkarnasi di dalam Nirmanakaya, dan ketika mata kita melihat kemuliaan Buddha yang abadi, kita tidak perlu menatap ekspresi manusianya. Selama kita masih diliputi ketidaktahuan, ajaran dan contoh manusia Buddha sangat menolong kita, tetapi ketika kita melihat dengan jelas dengan mata seorang Bodhisattva, dan tidak melalui “kaca mata yang gelap”, kita melihat Buddha yang sangat cemerlang, Buddha cahaya, Buddha Kebenaran, Buddha Keabadian.

Dharmakaya
Secara umum dijelaskan bahwa Dharmakaya adalah kebenaran yang permanen, tidak berbeda, dan dapat dipahami, tetapi penjelasan yang mendetail tentangnya beragam menurut aliran-aliran agama Buddha yang berbeda. Dalam kebangkitan keyakinan, kita mebaca bahwa ia adalah kebenarann pokok. Kitab-kitab Prajnaparamita memandang Dharmakaya sebagai hasil dari Dharma, keberadaan tertinggi, Dharmakaya adalah Prajna, pengetahuan tertinggi.
Di dalam Daijogisho mengatakan bahwa Dharmakaya adalah tubuh keberadaan itu sendiri yang tidak berawal. Dalam Butsujikyo kita baca bahwa Dharmakaya adalah tubuh alami Tathagata sendiri, permanen dan  tidak berubah, haikat nyata dari setiap Buddha dan setiap makhluk. Kaum Madyamika mengartikan Dharmakayasebagai kekosongan, yang berarti, bagaimana pun, realitas yang tidak dapat, diekpresikan dengan kata-kata. Kaum Yogacara mengartikanya yang absolut.
Shingon menganggap Dharmakaya sebagai personal, yang memanifestasikan kasih sayang dan tindakan, serta menyelamatkan makhluk-makhluk dengan mengajar mereka, bukan hanya sebagai yang impersonal dan transendental. Dia bukan tidak berbentuk tetapi merupakan substansi yang riil, benar dann permanen. Dharmakaya adalah keseluruhan substansi dari alam semesta. Dharmakaya memanifestasikan dirinya di alam semesta di dalam dan melalui semua bagianya, dan manifestasi ini bekerja secara aktif dalam hukum dan kondisi. Dharmakaya adalah bagian dalam tubuh Buddha yang telah terccerahkan. Bagi orang-orang yang tidak tahu, dia tidak berbentuk, tetapi bagi orang-orang yang mengerti, Dharmakaya memiliki bentuk dan mengajarkan Dharma. Menurut agama Buddha pada umumnya, Dharmakaya itu benar-benar tidak berbentuk dan hening, tetapi hingon menekankan pencerahan tertinggi yang yang mengekspresikan dirinya secara aktif di dalam kasih sayang dan dengan demikian membentuk sebuah kepribadian sejati yang dapat  dirasakan dan diketahui orang yang tercerahkan. Mungkin dalam satu kata, realitas adalah cara yang terbaik untuk menjelaskan Dharmakaya. Dharmakaya adalah apa yang harus direalisasi oleh setiap makhluk untuk dirinya sendiri. Ia adalah tujuan para Bodhiattva dan makhluk-makhluk lain, meskipun biasanya hanya seorang Bodhiattva yang dapat diharapkan untuk merealisasinya secara penuh. Setiap makhluk memilikinya. Ia merupakan hakikat nyata dari segala sesuatu, dan berdasarkan aspeknya ini kita dapat pula menyebutnya Tathagata, Dharmadatu, Tathagatagarbha. Nirwana merupakan baitnya. “dharmakaya secara literal berati tubuh atau sosok yang bereksistensi sebagai prinsip, dan kemudia ia diartikan sebagai realitas tertinggi yang darinya segala sesuatu berasal sesuai hukumnya, tetapi dirinya sendiri mengatasi semua kondisi yang terbatas. Ia adalah apa yang ada di dalam batin dan pada hakikatnya merupakan Ke-Buddha-an.
Jika dilihat dengan cara ini, misteri dari tiga tubuh pun terpecahkan. Dalam filafat Inda kita menemukan Dharmakaya sebagai para Brahman, dan Brhaman berdasarkan aspek yang betul-betul dipertimbangkan. Sambhogakaya sama dengan Iswara, dan Nirmanakaya muncul dalam diri pemimpin besar spiritual India, atau mungkin dipandang sebagai seorang Awatara. Akan lebih jelas jika tiga tubuh diganti dengan sebutan tiga aspek dari satu Buddha: Buddha Historis, Buddha Abadi, dan Buddha Universal.

Kesimpulan
Di dalam Dharmakaya, Sakyamuni Buddha telah sepenuhnya telah merealiasikan kesatuan dan kesamaanya dengan yang absolut (Dharma Sunyata) dan persamaan.
Di dalam Sambhogakaya, hal ini merupakan manisfestasi yang konkrit bagi dirinya (Svasambhoga) dan pemilikan kekuatan (Parasambhoga) atau tubuh yang bersinar.
Di dalam Nirmanakaya, ke-Buddha-an terwujud. dalam tubuh Sakyamuni Buddha. Hal ini juga harus dimengerti oleh umat Buddha ketika memberika penghormatan di hadapan arca Buddha atau gambar Buddha. Hal itu harus dimengerti sebagai penghormatan kepada kebearan Buddha yang termanifestasi dalam Nirmanakaya.  Telah berkali-kali dikatakan agar kita hendaknya menganggap dan Buddha yang kita lihat baik yang berupa arca atau gambar sebagai Dharmakaya danjangan menganggap seperti apa yang terwujud di hadapan kita.
Jantun Mahayana terletak pada Trikaya (tiga tubuh Buddha) dan Bodhisattva, yang sejalan dengan konsep Prajna (kebijakssanaan) dan Karuna (belas kasih). Sulit untuk menjelaskan Trikaya dengan kata-kata, dan meditasi terhadap problem ini akan menyingkapkan lebih jauh daripada yang dipaparkan di atas. Tetapi untuk mengerti agama Buddha Mahayana, di erlukan pemahaman tentang konsep tiga tubuh trsebut. Ia mendasari ajaran Mahayana dan dikhotbakan dan dipandang benar dalam Sutra-sutra Mahayana. Apakah kita membaca Pundarika atau Prajna Lanka atau Avatamsaka, doktrin ini memengaruhi semua ajaran dalam Sutra-sutra besar tersebut.


Sumber:
Suzuki Lane Beatrice. 2009. Agama Buddha Mahayana. Jakarta: Karania

Tidak ada komentar:

Posting Komentar