Translate

Rabu, 01 Mei 2019

MEDIA LAGU BUDDHIS DALAM PENYEBARAN DHARMA


PENGERTIAN PEMBABARAN DHARMA MELALUI LAGU BUDDHIS


A.      Pengertian Pembabaran Dharma Melalui lagu Buddhis
       Lagu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu ragam suara yang berirama (dl bercakap, bernyanyi, membaca, dsb): bacaannya lancar, tetapi kurang baik. Pembabaran Dharma melalui lagu Buddhis yaitu ceramah Buddhis yang dibawakan dengan lagu, bagi yang sudah dewasa dan telah mengerti pemahaman Buddha Dharma, sudah maju dalam pengembangan batin dan mengikuti cara-cara yang diajarkan dalam Sigalovada Sutta serta terlatih dalam meditasi. Boleh saja tidak memerlukan nyanyian. Namun, bagi umat Buddha yang pengetahuan Dharmanya masih baru, saya rasa masih butuh ajaran Dharma dalam bentuk lain yakni lagu-lagu Buddhis. Agar lebih mudah pemahamannya hal ini pernah saya rasakan sewaktu mengisi sekolah minggu anak-anak  Buddhis. Agak sulit mencari variasi acara agar anak-anak tertarik mengikuti kelas Dharma (http:// dhammacitta.org /forum/index .php? topic =15166.60, diakses, pada tanggal 18-02-2012).        


1.        Pengertian ceramah
       Ceramah merupakan salah satu metode mengajar yang paling banyak digunakan dalam proses belajar mengajar. Metode ceramah ini dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik secara langsung atau dengan cara lisan. Penggunaan metode ini sifatnya sangat praktis dan efisien bagi pemberian pengajaran yang bahannya banyak dan mempunyai banyak peserta didik.
      Metode ceramah merupakan cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan, oleh karena itu metode ini boleh dikatakan sebagai metode pengajaran  tradisional karena  sejak dulu   metode   ini  digunakan sebagai alat komunikasi guru dalam menyampaikan materi pelajaran.
       Kelebihan & Kekurangan Metode Ceramah dalam Pembelajaran. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas  tentang pengertian metode ceramah, dapat kita lihat beberapa defenisi yang dikemukakan oleh para ahli yaitu:


a.      Menurut Suryono
       Metode ceramah adalah Penuturan atau penjelasan guru secara lisan, di mana dalam pelaksanaanya guru dapat menggunakan alat bantu mengajar untuk memperjelas uraian yang disampaikan  kepada murid-muridnya.


b.      Menurut  Roestiyah N.K
       Metode ceramah adalah Suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan.


c.       Menurut Team Didaktik Metodik
      “Metode ceramah adalah Penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelas”. Dengan berbagai macam pendapat yang penulis paparkan di atas, maka setelah dianalisa dengan baik dan seksama maka pada dasarnya pengertian itu sama, yaitu penulis mengambil kesimpulan bahwa metode ceramah merupakan suatu cara penyampaian informasi dengan lisan dari seorang kepada sejumlah pendengar di suatu ruangan.





2.        Dhammadesana (Dhamma Talk)
       Dhammadesana (Dhamma Talk) dapatlah diartikan sebagai pembabaran kembali Dhamma, ajaran Sang Buddha, dengan berdasarkan pada Kitab Suci Tipitaka yang dilakukan oleh Bhikkhu, pandita maupun upasika (http://www. buddhistonline. com/dhammadesana/index1.shtml, 20 Desember 2011 Pukul 08:00).
 Desana yaitu metode memberikan khotbah, dalam Desana ini terdapat 2 metode yaitu:
a.    Unggaladitthana : memberikan khotbah dengan mempergunakan contoh orang.
b.    Dhammadhitthana yaitu memberikan khotbah tanpa mempergunakan contoh orang, tetapi berdasarkan phenomena tanpa pribadi (Pandit jinaratana Kaharudin :  2004: 12).
Desana cara khotbah Hyang Buddha Gotama yaitu:
a.    ammati-desana  : Memberikan khotbah secara kebenaran biasa , adanya dunia, makhluk, manusia, binatang, pria, wanita dan sebagainya.
b.    aramattha-desana  : Memberikan khotbah secara kebenaran tertinggi . Menjelasan ujud asli dari pada benda dan makhluk, yaitu Tilakkhana, Khandha 5, Ayatana 12, Dhatu 18 dan sebagainya.
       Dhammakathika  adalah  sifat dari seorang yang memberikan khotbah Dharma yaitu:
a.       Ia menerangkan Dharma selangkah demi selangkah dan tidak meloncat atau menyingkat bagian-bagian tertentu sehingga akan mengurangi artinya;
b.      Ia memberikan alasan sehingga membuat pendengarnya mengerti;
c.       Ia harus memiliki cinta kasih (Metta)  di dalam hatinya dengan harapan semoga para pendengarnya dapat memetik faedah dari khotbah Dharma itu;
d.      Ia tidak mengajar Dharma untuk tujuan memperoleh keuntungan bagi dirinya;
e.       Ia tidak mengajar Dharma dengan menyerang orang lain. Dengan kata lain, ia tidak memuji diri sendiri dan merendahkan orang lain.

Seorang Bhikkhu, Dharmaduta atau pandita yang menjadi Dhammakathika harus memiliki lima sifat ini dalam dirinya. Khotbah ini merupakan aktivitas yang tertinggi dan YMS Buddha Gotama pada pertama kali melakukan ini terhadap dirinya.
Dalam memberikan khotbah hendaknya memperhatikan bentuk dan kualitas dari khotbah serta hal-hal lainnya yang berkenaan dengan khotbah, seperti (a). Sifat pengkhotbah (b). Cara memberikan khotbah (c). Judul khotbah (d). Jenis para pendengarnya (e).

      Khotbah Dharma dalam bahasa Pali disebut DHAMMADESANA yang berarti menunjukkan atau menyebarkan Dharma (kebenaran) sehingga pada umumnya pendengar dapat memperoleh dan memperluas pengetahuan tentang ajaran dan khusunya dapat mempraktikkan Dharma untuk mengembangkan batin kearah yang lebih baik untuk menjadi orang yang bijaksana.
      Sebenarnya menjadi seorang pengkhotbah itu tidaklah mudah. Hal ini dapat kita ketahui dari cerita dibawah ini :
Suatu ketika, pada waktu YMS Buddha Gotama bersemayam di Vihara GHOSITARAMA di kota Kosambi, Bhikkhu Upali yang sedang memberikan khotbah. Hal ini diceritakan kepada Hyang Buddha Gotama, lalu Hyang Buddha Gotama mengatakan :
“NA KHO ANANDA SUKARAM PARESAM DHAMMAM DESETU....
Artinya : “Duhai Ananda pemberian khotbah kepada orang lain bukanlah suatu hal yang mudah....

Setelah itu YMS Buddha Gotama menunjukkan ciri-ciri dari pengkhotbah, yaitu :
1)   Menerangkan Dhamma selangkah demi selangkah, secara berurutan dan tidak menyingkat bagian-bagian tertentu sehingga akan mengurangi artinya.
Maksud dan tujuannya adalah :
a)        Membuat pengkhotbah mempersiapkan diri sebaik mungkin, dengan mencari inti-inti Dhamma yang secukupnya dan menganalisa Dhamma sedalam-dalamnya agar para pendengar mendapatkan manfaat.
Orang-orang yang telah berpengalaman atau guru-guru yang dahulu, mengajarkan bahwa pemberian khotbah yang baik harus terdiri dari tiga bagian yaitu : Judul, tema (Udesa), Penjelasan (Nidesa), Kesimpulan (Patinidesa).
Khotbah yang mengandung ketiga bagian itu dikatakan sebagai khotbah yang indah pada permulaan, indah pada pertengahan, dan indah pada akhirnya.
b)      Para pengkhotbah tidak diijinkan untuk mengeluarkan alasan-alasan yang menyebabkan ia memberikan khotbah yang singkat.
2)   Memberikan alasan-alasan yang membuat para pendengarnya lebih mengerti.
Maksud dan tujuannya adalah:
Dengan memberikan alasan-alasan, perumpamaan-perumpamaan akan lebih memudahkan para pendengar merenungkan dan melihat Dhamma dengan benar. Cara memberikan khotbah seperti ini merupakan salah satu cara Hyang Buddha Gotama mengajar.
3)   Harus memiliki cinta kasih (Metta) di dalam hatinya, yaitu mempunyai harapan “Semoga para pendengar dapat memetik manfaat dari khotbah Dharma ini”. Ini berarti dalam memberikan khotbah, ia mengharapkan agar pendengar mendapatkan manfaat dari khotbah yang disampaikan itu, bukan meberikan khotbah dengan maksud bahwa tugasnya telah selesai.
4)   Tidak mengajar Dharma dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan bagi dirinya sendiri. Dalam hal ini , Dhammadesana mempunyai pengertian seperti Dhammadana. Para Bhikkhu dan pengkhotbah Dharma hanya mempunyai pengertian/pikiran untuk menyebarkan Dharma saja, tidak ada pikiran untuk memperoleh Dana. Ada tradisi dari Buddhamamaka dan Buddhamamika untuk melakukan KANDA DESANA yaitu mengadakan Puja Dharma kepada Bhikkhu yang telah memberikan khotbah.
5)   Tidak mengajarkan Dharma untuk menyerang orang lain. Dengan kata lain, ia tidak memuji diri sendiri dan merendahkan orang lain. Pengkhotbah yang memiliki ciri tersebut di atas akan mengutamakan pendengar, maksudnya memberikan khotbah sesuai dengan batas kemampuan pada pendengar, yaitu ditinjau dari segi : (a) intelektualitas, (b) usia, (c) sifat. Sehingga mereka akan memperoleh manfaat dari mendengarkan khotbah  (Pandit J. Kaharudin, Tanya Jawab Atthadhamma, cetakan ke 4, 2009 : 24-25).


3.        Pengertian lagu
       Lagu adalah presentasi suatu hal  yang bisa merupakan perasaan, keadaan atau benda baik yang berwujud atau kasat mata  dengan menggunakan nada-nada yang membentuk harmonisasi sebagai sarananya.
 Karena waktu sekarang mungkin kata tersebut yang cocok untuk menjelaskan maksud ulasan saya arti kata presentasi disini adalah penyampaian ulasan, cerita atau paparan yang disampaikan dengan berbagai cara untuk mempengaruhi hati dan pikiran seseorang agar orang tersebut setuju dan ikut serta hanyut dalam paparan kita. Jadi tujuan dari lagu itu jelas adalah untuk mempengaruhi seseorang.
Seperti sebuah profesi sales marketing, baik seorang pencipta, arranger dan pembawa lagu haruslah dapat membuat lagu yang dibuat atau dibawakannya dapat mempengaruhi hati dan pikiran seseorang sehingga orang tersebut tidak sadar telah hanyut dalam lagu itu. Hal-hal apa saja yang dapat mempengaruhi hati dan pikiran seseorang akan kita ulas nanti di belakang.


1.         Tahapan Lagu
       Dalam proses pembuatan lagu perlu kita ketahui fase-fase atau tahapan-tahapan yang harus diketahui dan dilalui oleh seorang pencipta lagu. Ada 5 fase dalam pembuatan lagu. Fase-fase dalam pembuatan lagu adalah sebagai berikut : (a) Tema lagu, (b) Judul lagu, (c) Teks lagu, (d) Nada dan chord lagu, (e) Bagian-bagian lagu.
      Dalam realita proses pembuatan lagu fase-fase tersebut tidaklah harus dilalui secara baku, bahkan dalam prosesnya sering fase-fase tersebut dilakukan atau dilalui secara acak. Terkadang seorang pencipta lagu menciptakan nada lagu terlebih dahulu kemudian teks lagu baru tema atau judul lagunya. Ada juga yang mampu membuat tema dan judul lagu terlebih dulu kemudian teks, nada dan seterusnya.
Dalam proses pembuatan lagu mungkin lebih mudah dilalui seperti kasus pertama di atas, membuat nada lagu lebih dahulu baru kemudian tema, teks dan judulnya. Tapi bagi orang yang suka akan tulisan atau karya sastra, mungkin lebih suka membuat tema dan teks lagu terlebih dahulu. Bahkan ada yang membuat bagian-bagian lagu dengan cara terputus, maksudnya membuat reff terlebih dulu baru kemudian bait lagu dan seterusnya. Tergantung intuisi yang didapat pada saat itu. Pada intinya fase-fase tersebut tidak baku dan sah-sah saja apabila dilakukan secara acak.
      Sebagai catatan, lagu yang dibuat secara terputus pada bagian-bagiannya dan dilanjutkan pembuatannya di kemudian hari, kebanyakan lagu-lagu tersebut tidak nyambung atau tidak membentuk suatu harmoni yang bagus antara bagian-bagiannya. Misalnya antara bait dan reffnya. Mengapa bisa demikian? Karena proses pembuatan lagu sangat tergantung pada mood dan feel. Misalnya pada waktu membuat bait yang kemudian terputus secara lama kemudian dilanjutkan membuat reff kebanyakan sulit untuk mencari kembali mood dan fell yang sama pada waktu pembuatan bait. Akibatnya feel lagu tersebut tidak nyambung antara bait dengan reffnya. Sedangkan feel suatu lagu itu mempengaruhi nada, chord dan isian arransemen selanjutnya. Dan akibat selanjutnya adalah lagu yang dibuat tidak akan menjadi lagu yang bagus yang bisa mempengaruhi audience, walaupun dalam hal mempengaruhi audience tidak lepas dari proses arransemen, tapi lagu yang bagus juga menunjang proses arransemen yang cepat dan bagus pula (http://aphir-comment.blogspot.com/, 20 Desember 2011 jam 08.00).

Penutup
          Sebanyak-banyaknya belajar teori dharma tanpa dibarengi dengan praktik yang benar maka manfaatnya kurang. marilah semua kita belajar dengan praktik bersama-sama untuk menunjang hidup yang lebih baik dalam kehidupan nyata maupun dikehidupan selanjutnya. penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak, dan mohon maaf apabila referensi tidak sesuai denggan aslinya, karena penulis hanya manusia biasa yang masih bisa melakukan kesalahan.

Rabu, 24 April 2019

Agama dan Politik

1. Pengertian agama
Menurut Wikipedia Agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem budaya, dan pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah dari kehidupan. Banyak agama memiliki narasisimbol, dan sejarah suci yang dimaksudkan untuk menjelaskan makna hidup dan / atau menjelaskan asal usul kehidupan atau alam semesta. Dari keyakinan mereka tentang kosmos dan sifat manusia, orang memperoleh moralitas, etikahukum agama atau gaya hidup yang disukai. Menurut beberapa perkiraan, ada sekitar 4.200 agama di dunia.